Senin, 02 Mei 2016

Kebahagiaan (Ibadah Minggu GKS Lambanapu oleh Ibu Vic. Yuliana W. Kilimandu, S.Th)

GKS Jemaat Lambanapu
Ibadah Minggu 01 Mei 2016
Oleh Ibu Vic. Yuliana W. Kilimandu, S.Th

Nats Pembimbing       : Amsal 4:23
Berita Anugerah           : Roma 10: 8-11
Nats Renungan             : I Petrus 3: 13-17
3:13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
3:14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
3:15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
3:16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
3:17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.


KEBAHAGIAAN

Saudara-saudara, Apa yang bisa membuat orang mengalami kebahagiaan?
Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, Adolf Merckle (orang terkaya dari Jerman) tidak akan menabrakkan badannya di kereta api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentu Michael Jackson (penyanyi terkenal) tidak akan meminum obat tidur kemudian mati karena overdosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas (presiden Brail) tidak akan menembak jantunya sendiri.
Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, Marilyn Monroe (artis cantik) tidak minum alkohol dan obat-obatan hingga over dosis.
Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentu Tierry Costa (dokter terkenal di Prancis) tidak akan bunuh diri akibat acara di sebuah televisi.

Saudara-saudara, Dari sini dapat dilihat bahwa bahagia atau tidaknya seseorang, itu bukan ditentukan oleh seberapa kaya, seberapa tenar, seberapa cantik, seberapa besar kuasa, seberapa sehat atau seberapa suksesnya seseorang. Akan tetapi yang bisa membuat seseorang bisa bahagia adalah dirinya sendiri.
Kita tahu dalam perjalanan kehidupan rasul Petrus, dia adalah seorang yang keras hati, panas hati dan tidak sabar dan seringkali hati penuh dengan amarah. Namun ia pernah merasa tidak bahagia atau sedih karena pernah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, ada rasa bersalah yang ditunjukkan Petrus (bnd, Makus 14:72). Ia menangis teseduh-seduh saat mengingat kembali perkataan Yesus, bahwa sebelum ayam berkokok ia telah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali. Dan hal itu benar-benar terjadi. Petrus begitu menyesal sehingga ia sampai menangis terseduh-seduh, ia merasa bahwa dia tidak pantas lagi disebut murid saat itu. Tetapi Yesus tidak membiarkan Petrus ada dalam kepurukan demikian, tidak membiakan Petrus menyesal berlarut-larut dan bahkan ia dipulihkan lewat menampakan Tuhan Yesus.
Dalam penampakan, Yesus Kristus kepada Petrus dan murid-murid lain, mereka semua dipulihkan kembali dan kepada murid-murid-Nya. Secara khusus Yesus memberikan pertanyaan yang berulang-ulang kepada Petrus yang mengatakan bahwa “Apakah engkau mengasihi Aku? Yesus memulihkan hati Petrus yang dulu diliputi ketakutan sehingga berani. Penyangkalan Petrus terjadi dikarenakan ia merasa takut, merasa kuatir dan tidak mau mengakui Yesus saat itu oleh karena penderitaan yang akan dihadapi. Namun Yesus bukan Tuhan yang membiarkan Petrus berada dalam penyesalan dan ketidak bahagiaan. Tuhan Yesus memulihkan kembali Petrus dan murid-murid lainnya. Pemulihan inilah sehingga dikemudian hari Petrus menjadi seorang rasul yang berani untuk tidak menyangkal Yesus lagi, kendatipun banyak ancaan penderitaan, penganiayaan yang dihadapinya. Bahkan pada akhirnya ia bersedia disalibkan terbalik dengan tetap tidak menyangkal Tuhan Yesus.
Saudara-saudara, Dalam bacaan kita pada saat ini Petrus menasehati Jemaat Kristen yang sedang menghadapi penganiayaan. Mereka difitnah, dihina, diperlakukan tidak adil. Hal ini terkait dengan orang Kristen saat surat ini diturunkan masih minoritas. Bagaimana mungkin mereka bersikap untuk memberontak, tentu merupakan hal yang konyol karena mereka hanyalah minoritas. Untuk itulah rasul Petrus belajar dari pengalaman hidup yang tidak mengandalkan keegoisannya. Ia menasehati agar orang Kristen sedapat mungkin mencegah perbuatan buruk orang lain dengan melakukan perbuatan baik. Jika memang ada hal-hal yang membuat orang Kristen menderita, ia harus tetap bahagia. Bahagia di sini yaitu rasa syukur dalam diri seseorang karena tahu bahwa ia telah melakukan apa yang benar. Ia tahu bahwa ia telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Mesti ada hal yang bisa membuat ia merasa takut dan gentar karena berbagai kesusahan atau penderitaan
Saudara-saudara, Setiap orang kalau menganggap kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang kaya akan merasakan kebahagian dan jikalau kebahagiaan ada di suatu tempat, pasti belahan dunia lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan berkumpul dimana kebahagiaan berada. Untunglah kebahagiaan ada dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan. Yang kita perlukan hanyalah hati yang bersih, karena hanya hati yang bersilah dapat memiliki kebahagiaan.
Saudara-saudara, Hati yang mengundang Kristus tidak akan mudah diliputi emosi yang meluap-luap. Karena emosi orang bisa bertindak salah. Setiap orang bisa mempunyai hati yang tulus dan murni sehingga dapat menjadi pribadi yang siap mempertanggungjawabkan iman pada orang yang hidup dalam kejahatan. Terkadang setiap kita tidak menyadari kebahagiaan dalam diri kita, sehingga ada orang yang berusaha untuk meraih kebahagiaan dengan hal-hal yang salah, bahkan pada akhirnya merugikan diri sendiri, orang lain dan atau mengecewakan Tuhan.
Ada yang merasa bahagia jika dapat membahas keburukan orang lain. Ada yang bekerja tanpa mengenal waktu hanya untuk mendapatkan uang demi mencari kebahagiaan, namun pada akhirnya sakit. Akibatnya timbulah kurang komunikasi dengan keluarga dan kemudian mencari kebahagiaan melalui perselingkuhan, korupsi, mencuri dan lain-lain.
Saudara-saudara, Ketika seorang Kristen tetap rajin berbuat yang baik maka ia akan berbahagia. Kebahagiaan dalam dirinya akan muncul meski ada penderitaan-penderitaan, kesusahan-kesusahan yang dihadapi, karena seorang dapat merasa bahagia karena dirinya tahu, ia telah melakukan apa yang benar atau seharusnya dilakukan oleh seseorang.
Perbuatan baik dan benar tidak akan menghadirkan penyesalan, kesedihan atau ketidakbahagiaan. Meski ada tantangan, ancaman yang dihadapi, kebahagiaan ada dalam diri setiap orang. Kebahagiaan yang sesungguhnya hanya dialami oleh setiap orang yang menempatkan Kristus sebagai Tuhan dalam hatinya. Hati nurani yang murni atau bersihlah yang dapat menghadirkan perasaan bahagia meski ada banyak penderitaan dan pergumulan hidup. Dan hati manusia hanya akan menjadi hati nurani yang bersih jika setiap orang menguduskan Kristus dalam hatinya. Terus menaruh rasa hormat pada Yesus, dan hanya Yesus yang menjadi perlindungan kita dalam segenap kehidupan kita.
Saudara-saudara, dengan mengundang Kristus masuk dalam hati sajalah yang akan menolong setiap orang untuk tidak menyangkali Tuhan dalam hidupnya, meski ia harus berhadapan dengan orang-orang yang berbuat jahat pada dunia. Dengan Kristus bertahta dalam hati maka Tuhan akan memberi kemampuan kepada kita untuk menanggung segala hal, bahkan permasalahan dan penderitaan.
Saudara-saudara, Petrus adalah orang yang ego, tapi setelah dipulihkan ia yang pertama berani mati untuk Yesus. Petunjuk Hidup Baru mengingatkan kita untuk bersukacita senantiasa, tetap berbahagia di dalam Yesus Kristus. Karena Yesus dapat memperbaharui hati dan pikiran kita. Hati adalah pusat pengendalian sikap, hati mencerminkan siapa kita sesungguhnya. Hati adalah sumber mata air, kalo sumber kotor, maka kotorlah airnya. Namun bila bersih maka bersihlah airnya. Yesus adalah sumber air kehidupan. Karena itu biarkan hati kita dipulihkan oleh Yesus sehingga menjadi sumber air kehidupan dalam diri kita.  
Nats Pembimbing berkata jagalah hati dengan segalah kehidupan kita, sehingga terpancar kehidupan. Kehidupan kita adalah ekspresi dari hati kita. Kehidupan Petrus telah menunjukkan kepada kita, ia emosi, ia menjadi tidak sabar, ketika ia takut, ia mudah menyangkal, bila ia terancam ia lari. Tetapi Tuhan menguatkan dan memulihkannya untuk memiliki hati yang mengasihi Tuhan. Kehidupannya berubah ketika  Kristus dalam hatinya, sehingga ia menjadi seseorang yang rendah hati. Ini pula lah yang perlu ada dalam diri kita, bagaimana Kristus ada dalam hati kita dengan selalu berbuat baik, sabar, rendah hati. Sehingga pada waktunya, kita dapat menikmati kebahagiaan.
Saudara-saudara, Tuhan tidak pernah menaruh kebahagiaan di tempat tinggi yang sulit di jangkau oleh manusia atau pun di tempat yang rendah sehingga mudah sekali manusia mendapatkannya. Namun Tuhan menaruh kebahagian itu di dalam hati setiap manusia. Masïhkah kita mencari kebahagian itu di tempat lain? Amin.


Editor: Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar