Pengujian dan Pencobaan
oleh
(Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd)
Bacaan:
Yakobus 1: 1-12

1:13
Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari
Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri
tidak mencobai siapa pun.
1:14
Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan
dipikat olehnya.
1:15
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa
itu sudah matang, ia melahirkan maut.
1:16
Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!
1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari
atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau
bayangan karena pertukaran.
1:18
Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran,
supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua
ciptaan-Nya.
Saudara-saudara, Tentu nats di atas
ini bukan hal yang baru bagi kita baca dan renungankan. Namun penting bagi kita
untuk senantiasa merenungkan akan firman Tuhan karena kita manusia memiliki
kecenderungan berbalik kepada hal-hal yang dapat membawa kita jauh dari kasih
Tuhan. Saat ini kita belajar lagi tentang pencobaan dan pengujian. Sebagai
manusia yang masih menjalankan kehidupan di dunia ini tentu kita tidak bisa
terlepas dari kedua hal tersebut.
Saudara-saudara, banyak yang sudah
mengetahui perbedaan dari kedua kata ini yang secara sepintas sulit kita
bedakan. Namun tidak sedikit juga yang masih bingung dengan kedua kata ini, apa
lagi jika dikaitkan dengan apa yang dialami dalam kehidupan iman Kekristenan
saat ini. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa cobaan yang ia hadapi adalah
sebuah ujian, dan ujian yang dihadapi dianggap sebagai cobaan.
Saudara-saudara, saya ingin mengajak
kita untuk membangun pemahaman yang sama bahwa kedua makna kata ini sangatlah
berbeda. Berdasarkan asal katanya, “Pengujian” berasal dari kata “Uji” dan
Pencobaan berasal dari kata “Coba”. Berdasarkan KBBI pengertian “Uji” adalah
tindakan untuk mengetahui mutu sesuatu. Kata ini sering juga dibeikan
akhira “-an” sehingga menjadi “Ujian”.
Kata “Ujian” sering dipakai untuk mengetes sejauh mana pemahaman siswa di
sekolah. Apa yang diuji adalah materi yang sudah pernah di kasih guru kepada
siswa. Sedangkan “Coba” adalah kata kerja yang menunjukan untuk melakukan
sesuatu untuk mengetahui keadaan, merasai dan lain sebagainya, yang pada
dasarnya belum dilakukan sebelumnya. Contohnya adalah, jika seorang yang tidak
pernah merokok namun kita mau melakukan tindakan merokok, berarti dalam hal ini
kita mencoba. Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa “coba” dipakai
untuk sesuatu yang sebenarnya belum kita tahu, dan ada keinginan dari hati kita
untuk melakukannya.
Saudara-saudara, mari kita coba
perhatikan nats renungan kita pada ayat 1 “Berbahagialah
orang yang mengalahkan pencobaan,
sebab apabila ia sudah tahan uji, ia
akan menerima mahkita kehidupan yang dijanjukan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia”. Tentu kita akan
bertanya mengapa ayat yang sama ini memakai dua istilah yang berbeda. Hampir
semua ayat dalam Alkitan yang memuat tentang kedua istilah ini memberikan
perbedaan yang jelas. Apa maksud penulis kitab Yakobus ini menggunakan istalah
yang berbeda dalam satu ayat? Mungkinkah penulis tidak membedakaan makna kedua
istilah ini? Ataukah terjemahan yang salah? Terjemahan dalam berbagai bahasa
pun tetap menggunakan istilah seperti ini. Seolah-olah prinsip dicobai dan
diuji itu sama. Justru tidak, karena ujian itu ujian, pencobaan itu bukan
ujian, tetapi satu-satunya pengujian dan pencobaan dipaparkan dalam satu ayat
di dalam kitab suci, hanya ayat ini. Mengapakah Yakobus, seolah-olah kurang
jelas membedakan pengujian dan pencobaan? Mengapakah Yakobus mempersatukan 2
istilah ini dalam 1 ayat. Mengpakah Yakobus tidak memberikan penjelasan, tidak
memisahkan kedua istilah ini dan seperti campur baur, seperti kacau balau.
Mengapa dia memakai 2 istilah ini dalam satu ayat. Ada orang yang bilang bahwa
kalimat pencobaan ini tidak tepat digunakan di ayat ini, ada juga yang bilang
kata pencobaan ini perlu pemahaman yang lebih mendalam. Temtation is not a test
or examination. Ujian dan pencobaan itu berbeda.
Ujian dan percobaan itu memiliki 3 perbedaan.
- Ujian
mempunyai sumber yang berbeda dari pencobaan. Ujian dari Allah dan
pencobaan dari setan.
- Mempunyai
sifat yang berbeda antara ujian dan pencobaan. Ujian bersifat baik, dan
pencobaan bersifat jahat
- Tujuan
yang berbeda antara ujian dan pencobaan. Ujian bertujuan meneguhkan, menyempurnakan
dan melengkapi orang- orang pilihan Tuhan. Sebab pencobaan bertujuan
merusak, menggoda, membawa kita dalam kejatuhan dalam dosa.
Saudara-saudara, Sehingga dari
pengertian tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kedua istilah tersebut
secara sumber berlainan, sifat berlainan, dan tujuan berlainan. Tuhan bertujuan
baik, dan setan bertujuan tidak baik, atau mencelakakan kita. Oleh karena itu
kita harus mampu membedakan kedua hal tersebut, sehingga ketika kita ada dalam
pencobaan kita tidak mencela Tuhan. Kisah
Abraham diuji dan Kisah Ayub dicobai. Adalah contoh bagaimana Alkitab
memberikan perbedaan yang sangat jelas.
Saudara-saudara, dalam Alkitab
mengisahkan bahwa iman Abraham diuji. Hal ini dikarenakan bahwa apa yang dialami oleh Abraham, dimana dia
harus mengurbankan anaknya untuk dipersembahan kepada Allah, adalah atas
perintah Allah sendiri. Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ujian itu
datang dari Allah. Sebaliknya apa yang dialami oleh Ayub adalah datangnya dari
iblis dan atas ijin Allah sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa Allah bekerja
sama dengan setan untuk mencobai Ayub. Atau Allah dalam khasus ini telah
memperalat setan. Allah tidak perlu memperalat Setan untuk menguji manusia,
tapi yang benar adalah bahwa Allah membiarkan setan untuk mencobai manusia
supaya ketika manusia mengalami pencobaan, di sanalah Allah menunjukkan
kuasaNya yang dapat mengalahkan setan, karena manusia pasti dimampukan oleh
Allah untuk mengalahkan pencobaan. Artinya Allah mau tunjukan atau menyatakan
kemenanganNya mengalahkan setan.
Saudara-saudara, inilah sebabnya
mengapa penulis kita Yakobus memparalelkan kedua istilah yang berbeda
seolah-olah maknanya sama. Dari kisanya Ayub kita belajar bahwa Allah
mengijinkan segala pencobaan datang kepada kita, karena lewat pencobaan secara
tidak langsung Allah telah menguji kita. Karena jikalau kita menang dalam
pencobaan maka dengan sendirinya kita telah tahan uji, dan ketika kita tahan
uji, kita akan menerima mahkota kehidupan dari Allah.
Allah tidak pernah ada niat yang tidak
baik untuk orang yang mengasihiNya. Trus mengapa jika kalau Allah tidak berniat
atau bermotivasi yang jelek. Tapi mengapa Allah membiarkan sehingga kita
manusia mengalami itu semua, mengalami kesedihan, air mata, kesulitan yang
besar, pengeluhan kita tidak habis-habis, terus kecewa, putus asa, mengapa
Tuhan membiarkan kita dalam kesulitan seperti ini?
Saudara-saudara, Manusia memang
dicipta dalam sebuah proses waktu, manusia dicipta dengan harus melewati
deti-detik, jam-jam, untuk membentuk hidup kita. Original Perfection created
perfect perfetion through exam. Pada waktu Adam dicipta sempurna, Padwa waktu
Yesus dilahirkan ke dalam dunia sempurna sebagai seorang manusia yang paling
sempurna. Tetapi Adam akhirnya gagal, sempurnanya hilang. Yesus sudah sempurna,
dicobai dia menang. Dia menang menuju kepada kesempurnaan yang lebih sempurna. Inilah
yang dimaksud dengan kesempurnaan yang terjadi setelah proses. Itu sebabnya
Tuhan Yesus pun sebagai Anak tidak luput dari pencobaan untuk menuju
kesempurnaan yang lebih sempurna, tidak luput dari Ujian Allah. Karena ini
adalah sesuatu No Exception. The absolutely necessety to be tempted. Biarpun Yesus
adalah Anak Allah Yang Maha Tinggi, tetapi Dia harus menghadapi pencobaan dan
pengujian.
Saudara-saudara, banyak anak orang
kaya gagal karena dikira anak yang istimewa. Kegagalan mereka dikarenakan
karena mereka tidak mau hidup susah, tidak mau menghadapi cobaan dan ujian
dalam hidup. Mau lulus di bidang apa saja selalu mencari jalan pintas. Oleh
karena itu, kita menjadi pemuda atau anak harus berjuang sendiri.
Saudara-saudara, pada akhirnya nanti
hanya dua hal yang akan terjadi dalam hidup kita yakni kita mengalahkan setan
atau kita dikalahkan setan. Ingat bahwa segala pencobaan tidak datang dari
Allah, melainkan datangnya dari setan dan keinginan kita sendiri. Sehingga
tidak ada alasan kita mempersalahkan Allah ketika kita jatuh dalam pencobaan.
Kita berada dalam sebuah pilihan, tinggal bagaimana kita sekarang mau memilih
hidup yang kekal atau kematian yang kekal.
Saudara-saudara, jika kita menghendaki
kehidupan yang kekal, maka kita harus bisa mengalahkan setan dan pencobaannya.
Mengalahkan setan tidaklah mudah, dia banyak akal dan tipu dayanya. Sehingga
tidak ada cara lain selain kita berpihak kepada Allah. Karena atas kuasa dan
ijin Allah lah kita bisa menghadapi semuanya itu, asalkan kita mau mengandalkan
Tuhan dalam segala hal.
Saudara-saudara, kita pun harus
bersyukur ketika pencobaan dan ujian itu datang dalam hidup kita. Karena
melalui itulah Allah dapat mengetahui mutu iman kita kepadaNya. Kita pun tidak
bisa mengalahkan pencobaan atau tahan dalam ujian dengan mengandalkan kepandaian
kita saja, karena tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang bisa menolong
manusia berdosa lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar