Minggu, 29 Mei 2016

MENJAGA KESEIMBANGAN MELALUI KEPEDULIAN UNTUK SALING MEMBERI IBADAH OIKUMENE MINGGU, 29 MEI 2016 GKS LAMBANAPU

KHOTBAH
IBADAH OIKUMENE MINGGU, 29 MEI 2016 GKS LAMBANAPU
oleh
Pdt. Yantina Tamu Ina, S.SiTeol
 
Nats Pembimbing : Yohanes 7:37-39a
Berita Anugerah   : Yohanes 3:16
Nats Renungan    : 2 Korintus 8:13-15
8:13           Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.
 8:14          Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan  mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.
 8:15          Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan "


MENJAGA KESEIMBANGAN MELALUI KEPEDULIAN
UNTUK SALING MEMBERI

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus, saya kira kita pernah dengah pribahasa yang berkata, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Peribahasa yang sederhana ini, mau menggambarkan bahwa kehidupan kita manusia saling melengkapi. Peribahasa yang sederhana ini mau menyadarkan kepada kita bahwa sesungguhnya, keberadaan kita berarti bagi orang lain dan kita juga diingatkan bahwa ternyata kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Karena memang, kita diciptakan untuk saling melengkapi dari segi segala hal. Hal inilah yang mau kita sama-sama lihat dan renungkan dalam bacaan kita pada saat ini.
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, apa yang terjadi pada waktu itu? Jemaat di Yerusalem pada waktu itu jatuh dalam kemiskinan. Jatuh dalam kemiskinan karena ada bencana kelaparan. Karena itu Paulus sebagai seorang pelayan tidak tinggal diam, dia tidak membiarkan jemaatnya terpuruk, akan tetapi dia berusaha untuk mencari jalan keluar agar supaya jemaatnya bisah keluar dari bahaya kelaparan dan kemiskinan. Dan salah satu strateginya adalah dia mencari bantuan bagi jemaatnya di Yerusalem. Salah satu caranya adalah dengan mendorong jemaat agar turut ambil bagian dalam pelayanan kasih. Pelayanan kasih dalam berupa pengumpulan dana dan pengumpulan persembahan, agar bisa membantu pelayanan di Yerusalem.
Untuk membangkitkan jemaat ini, Paulus memberikan contoh apa yang terjadi di Makedonia. Jemaat-jemaat di Makedonia, mereka yang termasuk di dalamnya jemaat Filipi dan jemaat Tesalonika dan lainnya. Jemaat di Makedonia tidak meninggikan hati mereka. Mereka memberikan dukungan dana kepada orang-orang miskin di Yerusalem. Kemurahan hati mereka merupakan anugerah Tuhan. Padahal mereka sendiri sebenarnya mengalami penderitaan, dan mengalami berbagai kesulitan. Mereka sendiri mengalami kemiskinan. Tetapi sekalipun demikian, mereka memberi dengan sukacita. Mereka memberi melebihi kemampuan mereka.
Teladan jemaat di Makedonia ini seharusnya menjadi motivasi jemaat di Korintus untuk memberi dan berbagai dengan murah hati. Apa lagi jemaat di Korintus adalah Jemaat yang kaya dan Jemaat yang sudah mengalami berkat Tuhan. Sehingga Paulus ini sangat berharap supaya jemaat di Korintus ini termotivasi. Karena melihat teladan Kristus. Paulus ingin agar jemaat di Korintus memiliki kesempatan untuk bisa menolong jemaat di Yerusalem. Sebagai sebuah anugerah dari Allah. Dan respon mereka terhadap kesempatan ini, merupakan ujian bagi mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Akhirnya tujuan dari pelayanan kasih yang dilakukan ini, akan tercipta dan terwujud yang namanya keseimbangan.
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, tidak perlu berkelebihan untuk memberi kepada yang berkekuranga di antara sesama jemaat. Namun yang terpenting adalah ada kerinduan untuk saling memberi dan berbagi. Dan itu yang Paulus katakan dalam ayatnya yang ke 15 "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan".
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, dengan renungan ini oleh sidang raya greja-greja di Indonesia Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)  menyatakan bulan ini adalah bulan Oikumene. Karena bertepatan dengan hari lahirnya PGI pada tanggal 25 Mei 2016. Tahun ini PGI sudah berusia 66 tahun, usia yang tidak muda lagi. Pada kesempatan ini kita merayakan rahmat Tuhan yang sudah mengizinkan gereja-Nya boleh bertumbuh dan berkembang. PGI berupaya melakukan kebaikan untuk manyatakan damai sejahtera bagi semua orang sebagai amanat pesan ijil. Dengan usia 66 tahun ini kita bersyukur masih meningkatkan kasih dan semangat persaudaraan yang terjadi baik diantara gereja-gereja yang berlatar belakang yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan gereja sebagai satu tubuh Kristus. Kita mensyukuri bahwa di usia 66 tahun ini, kerja sama dengan gereja-gereja lain juga semakin berkembang. PGI bisa bekerja sama dengan gereja-gereja dari luar negeri, sebagai salah satu contoh dengan gereja di Korea lewat kehadiran Pak Ham dari Korea.
Bapa Ibu saudara-saudari, kita tidak boleh merasa puas dengan apa yang boleh terjadi. Karena persoalan terus menerus ada, dan bahkan tantangan pun semakin meningkat. Kita masih terus perihatin ada gereja-gereja yang mengalami gangguan dan ada banyak gereja-gereja yang mengalami pelarangan untuk beribadah. Kemiskinan dan ketidakadilan masih terus membayangi kita. Si kaya semakin kaya dan simikin masih terlalu miskin, itulah salah satu indikator bahwa persekutuan jemaat atau persekutuan masyarakat terjadi ketidak seimbangan. Koripsi masih sulit untuk dibasmi, peredaran narkoba masih sulit dikendalikan. Perdagangan manusia masih terjadi. Keadaan seperti ini diperkuat dengan gaya hidup yang individual. Melihat orang makin tidak peduli dengan orang lain, banyak orang makin tidak peduli dengan keadaan sekitar. Kalau pribahasa berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing berlaku maka saat sekarang ini tidak berlaku lagi, yang berlaku adalah berat kamu pikul sendiri, dan ringan baru kasih saya pikul.  Atau sejauh tidak mengganggu saya itu bukan urusan saya. Itulah komentar yang sering kita dengar, ada jemaat yang bilang “saya tidak merasa rugi juga kalau orang bilang saya jahat atau saya tidak merasa untung juga kalau dibilang saya baik.”
Orang merasa nyaman hidup sendiri dan susah untuk keluar dari rasa hidup yang nyaman itu. Hubungan dengan sesama menjadi hubungan yang bersifat ekonomis. Bukan lagi hubungan sosial yang bersifat alami, yang saling membutuhkan. Orang mulai urus diri sendiri, kumpulkan materi untuk sendiri, mencapai kekuasaan, kedudukan untuk diri sendiri dan kelompok. Sehingga gereja bisa saja terpengaruh dengan gaya hidup seperti ini. Tidak tutup kemungkinan bahwa gereja bisa terpengaruh dengan gaya hidup seperti ini. Kepedulian dengan gereja tetangga masih minim, sementara isi berita injil ini menuntut kita membina persekutuan untuk saling memberi dan berbagi. Masih banyak gereja-gereja di pedesaan untuk membangun cabang saja harus menggunakan alang-alang untuk membangun sebagai atap. Keadaan ini jauh berbeda dengan gereja-gereja yang berada di kota Waingapu. Kepedulian kita masih sangat kurang. Sementara yang lain sudah sangat layak, masih banyak kesenjangan-kesenjangan sosial, baik antar jemaat, antar gereja atau denominasi. Ada orang yang berkelimpahan dalam materi, ada orang yang sangat kekurangan. Persoalan ini sangat serius, tidak bisa dianggap sepele, karena itu dibulan Oikumene ini, gereja-gereja dituntut untuk saling peduli dan berbagi yang didasarkan oleh pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam bacaan kita ini.
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, sering kali kita mau memberi atau berbagi kepada sesama karena kita berkelebihan. Kadang kita berfikir kalau kita kaya kita akan pasti memberikan ini dan itu. Kita berfikir untuk memberi dari apa yang tidak ada pada kita. Jemaat GKS Lambanapu sebagai salah satu contoh jemaat yang memiliki kesendaran memberi sangat tinggi. Sehingga pendetanya tidak mengalami kekurangan, dan gereja Tuhan pun terus berkembang dalam segi pelayanan. Kalau kita tidak memberi atau berbagi sulit bagi kita mendapat berkat dari Tuhan, atau dalam filsafa Sumba berkata begini “jaka u wunngung wangu lima jaka bau hangganya na Mawulu Tau napa i Miri na wunggung manggau lima dangu ndena wuanggau kanyuru” yang berarti bahwa jika kita menutup diri untuk memberi kepada Tuhan maka Tuhan pun akan menutup tingkap-tingkap berkat-Nya kepada kita.
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, perilaku jemaat di Makedonia menyadarkan kita bahwa kemiskinan bukanlah alasan bagi kita untuk tidak peduli dan tidak berbagi. Teladan jemaat di Makedonia menyadarkan kepada kita bahwa kekayaan tidak diukur dari jumlah materi yang dimiliki melaikan kemurahan hati. Kekayaan akan nampak lewat kita berbagi dan peduli dengan orang lain. Peduli adalah sebuah sikap dan berbagi adalah sebuah tindakan. Peduli menunjukan kepada kita bahwa kita sadar, kita masih hidup bersama-sama dengan orang lain. Kita mengikuti teladan Kristus, bahwa oleh karena Dia kita menderita sekalipun dia kaya, supaya kita menjadi kaya karena kemiskinan. Dalam kepudilian kita harus berbagi. Kita tidak bisa hanya merasa kasihan. Sekedar omong saja tidak akan bisa.  Kepedulian tidak hanya cukup dengan kata-kata. Dalam kepedulian kita, kita harus berbagai. Kita berbagi juga bukan karena kita kasihan atau untuk meringankan kekurangan, namun berbagi supaya ada keseimbangan. Keseimbangan berarti harmonis dalam perbedaan.
Bapa/ibu, saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, gereja atau kita diutus ke dalam dunia, untuk berbagi dan bersaksi, memiliki cara hidup yang peduli,  dan rela berbagi. Karena itu mari kita mengusahakan kehidupan yang harmonis lewat berbagi. Kelebihan mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka mencukupkan kekurangan kita, supaya ada keseimbangan. Peduli dan berbagi merupakan iman yang harus kita lakukan untuk saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Amin





Senin, 23 Mei 2016

KHOTBAH IBADAH MINGGU GKS LAMBANAPU "KUASA DIBALIK PUJIAN" oleh Pdt. Frans Djawamara, S.Th

KHOTBAH
IBADAH MINGGU, 22 MEI 2016 GKS LAMBANAPU
oleh
Pdt. Frans Djawamara, S.Th


Nats Pembimbing          : Kisah Para Rasul 2:21

Berita Anugerah            : Yesaya  44:22

Petunjuk Hidup Baru      : 1 Petrus 3: 10-12

 Nats Renungan            : Kisah Para Rasul 5  : 17-25

5:17 Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati.
5:18 Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.
5:19 Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya:
5:20 "Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."
5:21 Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara.
5:22 Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan memberitahukan,
5:23 katanya: "Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorang pun yang kami temukan di dalamnya."
5:24 Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul itu.
5:25 Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."


KUASA DIBALIK PUJIAN
Saudara-saudara, oleh karena Roh kudus, para Rasul diselematkan, roh kudus itu tetap ada di tengah-tengah mereka, Roh kudus adalah Tuhan itu sendiri dengan bentuk lain, menyertai orang percaya khususnya para rasul dalam memberikan kesaksian tentang Yesus yang telah menderita, bahkan mati dan bangkit untuk keselamatan mereka.
Saudara-saudara, para Rasul adalah manusia biasa yang bisa saja karena tidak lagi bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan karena tantangan yang semakin besar dan rumit, mereka bisa meninggalkan pelayanan mereka. Melalui bacaan kita, kita bisa mendengar dan melihat, bahwa mereka masih memiliki iman, dan masih mengingat apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai” . Keyakinan ituluh yang membuat mereka makin berani, bahwa ketika mereka menjalankan perintah dan tugas ini untuk membatis dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, mereka yakin bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan mereka dalam menghadapi pergumulan-pergumulan pelayanan.
Saudara-saudara, hal ini terbukti ketika kita membaca kitab Kisah Para Rasul, bahwa ada perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Roh Kudus, karena mereka perca dan karena mereka setia serta terbuka terhadap Roh Kudus yang mengaruniakan mereka hikmat dan kuasa. Mereka tidak membanggakan diri, mereka tidak menonjolkan diri, tetapi justru ketika mereka ditangkap, mereka menyatakan Nama Yesus. Karena itu penting saudara-saudara, Nama itu dihidupkan dalam hidup mereka, bahwa kita juga yang percaya kepada Yesus Kristus juga perlu menghidupkan nama itu, bukan saja mementikan nama pribadi, nama pribadi kita yang sementara di dunia ini.
Saudara-saudara kekasih Tuhan, saat ini kita diperingatkan suatu peristiwa penting, bagaimana para rasul yang karena pelayanan mereka, timbul rasa iri hati dari Imam Besar dan pengikut-pengikutnya yaitu mashab Saduki. Para Rasul ditangkap oleh imam-imam kepala saat itu, ada persaingan dalam pelayanan, para rasul itu melayani dengan makin banyak orang percaya. Hal ini dikarenakan, apa yang mereka katakan itu sejalan dengan apa yang mereka lakukan. Mereka memberitakan firman Tuhan. Sebab mereka juga menyelamatkan orang yang percaya oleh karena kuasa Tuhan. Tidak sama seperti mazab Saduki, imam-imam kepala, hanya memanfaatkan orang-orang agar tunduk kepada mereka bagi kepentingan dan keduduka mereka. Mereka hanya menjadi orang korban dan tidak menyediakan solusi serta tidak mengutamakan kehidupan orang dan iman mereka. Berbeda dengan para rasul, apa yang terjadi dalam kehidupan yang membelenggu orang-orang pada saat itu, dengan kehadiran Tuhan dan dilanjutkan oleh para rasul, situasinya berubah. Karena itu, iri hati timbul, maka persaingan mulai terjadi. Orang tidak merasa takut lagi, mereka meyakini ada Tuhan yang turut bekerja dan menyertai kehidupan mereka.
Saudara-saudara, yang terjadi dalam pembacaan kita, mereka menangkap para rasul dan memasukkan mereka ke dalam penjara kota. Kalau kita membaca dalam Filipi, mereka ditangkap bukan karena mereka mencuri, bukan karena mereka membunuh, bukan karena mereka memfitnah, tetapi karena mereka menyampaikan Nama, Nama yang menyelamatkan yaitu Yesus Kristus, yaitu nama yang senantiasa menolong dan menyelamatkan orang percaya.
Saudara-saudara, Yang menarik ketika mereka ditangkap, mereka tidak membela diri, mereka serahkan diri mereka. Lain halnya kita kalau orang mau tangkap, pasti yang kita tanyakan duluan surat penangkapan, atau menanyakan mana alat bukti yang dituduhkan. Jadi tidak bisa kita tangkap sembarang orang, kita salah tangkap bahaya. Dahulu pada masa Para Rasul tidak demikian. Dengar saja menyampaikan nama Tuhan, langsung ditangkap dan dipenjarakan, dan mereka masuk dalam penjara. Mereka tahu saudara-saudara, bahwa mereka dikurung secara fisik, tetapi secara iman, mereka senantiasa dibebaskan, dan ada satu hal menarik, kalau kita membaca kisah para rasul, ketika Tuhan Yesus menyertai murid-muridnya, Ia menguatkan mereka supaya tetap setia dalam keadaan apa pun, tetap memuji Dia. karena itu waktu mereka ditangkap, kalau kita ditangkap dan masuk penjara pasti kita malu, tunduk dan tutup muka, sampai di penjara kita diam-diam, kalau kita ditangkap masalah harga diri, tetapi para rasul tidak, kalau kita melihat waktu murid-murid memberi diri ditangkap, di dalam penjara mereka tetap memuji Tuhan. Mereka memuji dan bernyanyi tiap saat, sekarang kalau di penjara paling hanya setiap hari minggu adakan ibadah. Tetapi kalau kita belajar dari firman Tuhan, dalam kisah para rasul, mereka tidak malu ketika mereka ditangkap, namun sebaliknya mereka selalu menyanyi memuji Tuhan.
Karena itu saudara-saudara, kita juga perlu merenungkan, sesungguhnya puji-pujian itu bobotnya 2 kali khotbah, karena dalam pujian itu selain memuji juga memberitakan injil. Karena itu Tuhan membuat rahang bawah mulut kita bisa bergerak, agar kita pakai itu untuk bernyanyi, tapi kadang-kadang kita tidak mau kasih bergerak rahang kita. Kita melihat orang bernyanyi, kita merasa heran. Kita ingat cerita tentang kenapa tembok Yeriko itu bisa roboh, bukan karena dihantam oleh bom dan nuklir, tembok itu bisa rubuh karena bangsa Israel menyanyi, sampai 7 kali mengelilingi tembok itu kemudian rubuh. Jadi suara mempunyai kuasa yang dahsyat, untuk menyatakan sesuatu, dengan suaru, dengan nada tertentu orang bisa mati, bisa hilang masa depan. Suara itu punyai kuasa, punya daya untuk berbuat sesuatu, jangankan suara, menatap saja bisa mengalahkan seseorang, karena itu dengan tatapan saja orang bisa menundukkan orang lain, karena lewat tatapan itu ada kuasa dan kekuata yang kadang-kadang membuat orang menangis.
Saudara-saudara, para murid-murid memuji Tuhan, dan dalam kurungan penjara itu, mereka dibebaskan bukan karena merontak, tetapi karena Tuhan datang menyampaikan pesan, dan pesan itu mereka taati, supaya masuk ke dalam bait Allah. Sementara pintu-pintu penjara terkunci, dan dijaga, apakah penjara itu tertidur, karena ketiduran menjaga semalam suntuk, tapi yang jelas dalam pembacaan ini, pintu-pintu penjara, telah terbuka dan tertutup dengan rapinya dan para penjaga ada menjaga penjara tersebut. Setelah pagi ketika mereka mau di sidang, untuk menjatuhkan hukuman mati bagi mereka, seseorang berkata, lihat orang-orang yang mau disidang ada di bait Allah (ay.25). Mereka tidak lari, karena mereka tahu Tuhan yang membebaskan.
Hal ini yang perlu kita renungkan kehidupan kita saudara-saudara, berdasarkan firman Tuhan ini kita belajar bahwa: Yang pertama, kadang-kadang kita meragukan kuasa Tuhan. Kita hanya mementikan nama kita pribadi, kita tidak tampilkan Nama Tuhan dalam segala hal. Oleh karena itu, kita tidak berdaya dalam iman. Jikalau kita belajar dari firman Tuhan saat ini, bagaimana kita tetap percaya kepada Tuhan, walaupun kita tidak melihatnya, tetapi Roh Kudus selalu ada di tengah-tengah kita, dalam suka cita bahkan dalam duka cita.
Yang kedua saudara-saudara yang perlu kita catat, dari firman Tuhan saat ini, bagaimana mereka mendengar perintah itu, dan mereka tetap mentaatinya (ay.21). Tuhan memberikan telinga kepada kita, Tuhan memberikan pikiran dan pertimbangan-pertimbangan, tapi kadang kita mendengar, tapi kita tidak melaksanakan, atau dengan kata lain kita tidak mentaati firman Tuhan. Hal ini saudara-saudara, sehingga terkadang kita mengalami kegagalan-kegagalan lalu mempersalah Tuhan sumber penolong bagi kita.
Yang ke tiga, saya kira, kita perlu belajar, apa yang ditunjukkan oleh para rasul, ketika mereka dibelenggu, mereka tetap percaya. Satu hal penting, dalam keadaan tidak memungkinkan, mereka tetap memuji Tuhan, mereka menyanyi dan tetap menunjukkan iman kepada Tuhan. Tuhan membongkar penjara-penjara dan pintu-pintu dan mengeluarkan mereka, lalu mereka tetap kembali di bait Allah, sebagai bentuk kesaksian, bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Karena itu saudara-saudara kekasih Tuhan, kita perlu merenungkan firman Tuhan ini, sebagai orang yang masih diberikan kesempatan, menjalani kehidupan ini, menjalankan pelayanan-pelayanan dan kebaktian kita, mungkin tidak sama dengan apa yang dialami oleh para rasul waktu itu, tetapi tantangan kita ada dalam bentuk-bentuk yang lain, dan kita tetap maju dengan iman yang tetap percaya bahwa Tuhan turut bekerja, sebab siapa yang percaya kepadaNya, akan diselamatkan, Amin.  

Senin, 02 Mei 2016

Kebahagiaan (Ibadah Minggu GKS Lambanapu oleh Ibu Vic. Yuliana W. Kilimandu, S.Th)

GKS Jemaat Lambanapu
Ibadah Minggu 01 Mei 2016
Oleh Ibu Vic. Yuliana W. Kilimandu, S.Th

Nats Pembimbing       : Amsal 4:23
Berita Anugerah           : Roma 10: 8-11
Nats Renungan             : I Petrus 3: 13-17
3:13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
3:14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
3:15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
3:16 dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.
3:17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.


KEBAHAGIAAN

Saudara-saudara, Apa yang bisa membuat orang mengalami kebahagiaan?
Jika kekayaan bisa membuat orang bahagia, Adolf Merckle (orang terkaya dari Jerman) tidak akan menabrakkan badannya di kereta api.
Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentu Michael Jackson (penyanyi terkenal) tidak akan meminum obat tidur kemudian mati karena overdosis.
Jika kekuasaan bisa membuat orang bahagia, tentunya G. Vargas (presiden Brail) tidak akan menembak jantunya sendiri.
Jika kecantikan bisa membuat orang bahagia, Marilyn Monroe (artis cantik) tidak minum alkohol dan obat-obatan hingga over dosis.
Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentu Tierry Costa (dokter terkenal di Prancis) tidak akan bunuh diri akibat acara di sebuah televisi.

Saudara-saudara, Dari sini dapat dilihat bahwa bahagia atau tidaknya seseorang, itu bukan ditentukan oleh seberapa kaya, seberapa tenar, seberapa cantik, seberapa besar kuasa, seberapa sehat atau seberapa suksesnya seseorang. Akan tetapi yang bisa membuat seseorang bisa bahagia adalah dirinya sendiri.
Kita tahu dalam perjalanan kehidupan rasul Petrus, dia adalah seorang yang keras hati, panas hati dan tidak sabar dan seringkali hati penuh dengan amarah. Namun ia pernah merasa tidak bahagia atau sedih karena pernah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, ada rasa bersalah yang ditunjukkan Petrus (bnd, Makus 14:72). Ia menangis teseduh-seduh saat mengingat kembali perkataan Yesus, bahwa sebelum ayam berkokok ia telah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali. Dan hal itu benar-benar terjadi. Petrus begitu menyesal sehingga ia sampai menangis terseduh-seduh, ia merasa bahwa dia tidak pantas lagi disebut murid saat itu. Tetapi Yesus tidak membiarkan Petrus ada dalam kepurukan demikian, tidak membiakan Petrus menyesal berlarut-larut dan bahkan ia dipulihkan lewat menampakan Tuhan Yesus.
Dalam penampakan, Yesus Kristus kepada Petrus dan murid-murid lain, mereka semua dipulihkan kembali dan kepada murid-murid-Nya. Secara khusus Yesus memberikan pertanyaan yang berulang-ulang kepada Petrus yang mengatakan bahwa “Apakah engkau mengasihi Aku? Yesus memulihkan hati Petrus yang dulu diliputi ketakutan sehingga berani. Penyangkalan Petrus terjadi dikarenakan ia merasa takut, merasa kuatir dan tidak mau mengakui Yesus saat itu oleh karena penderitaan yang akan dihadapi. Namun Yesus bukan Tuhan yang membiarkan Petrus berada dalam penyesalan dan ketidak bahagiaan. Tuhan Yesus memulihkan kembali Petrus dan murid-murid lainnya. Pemulihan inilah sehingga dikemudian hari Petrus menjadi seorang rasul yang berani untuk tidak menyangkal Yesus lagi, kendatipun banyak ancaan penderitaan, penganiayaan yang dihadapinya. Bahkan pada akhirnya ia bersedia disalibkan terbalik dengan tetap tidak menyangkal Tuhan Yesus.
Saudara-saudara, Dalam bacaan kita pada saat ini Petrus menasehati Jemaat Kristen yang sedang menghadapi penganiayaan. Mereka difitnah, dihina, diperlakukan tidak adil. Hal ini terkait dengan orang Kristen saat surat ini diturunkan masih minoritas. Bagaimana mungkin mereka bersikap untuk memberontak, tentu merupakan hal yang konyol karena mereka hanyalah minoritas. Untuk itulah rasul Petrus belajar dari pengalaman hidup yang tidak mengandalkan keegoisannya. Ia menasehati agar orang Kristen sedapat mungkin mencegah perbuatan buruk orang lain dengan melakukan perbuatan baik. Jika memang ada hal-hal yang membuat orang Kristen menderita, ia harus tetap bahagia. Bahagia di sini yaitu rasa syukur dalam diri seseorang karena tahu bahwa ia telah melakukan apa yang benar. Ia tahu bahwa ia telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Mesti ada hal yang bisa membuat ia merasa takut dan gentar karena berbagai kesusahan atau penderitaan
Saudara-saudara, Setiap orang kalau menganggap kebahagiaan bisa dibeli, pasti orang kaya akan merasakan kebahagian dan jikalau kebahagiaan ada di suatu tempat, pasti belahan dunia lain di bumi ini akan kosong karena semua orang akan berkumpul dimana kebahagiaan berada. Untunglah kebahagiaan ada dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan. Yang kita perlukan hanyalah hati yang bersih, karena hanya hati yang bersilah dapat memiliki kebahagiaan.
Saudara-saudara, Hati yang mengundang Kristus tidak akan mudah diliputi emosi yang meluap-luap. Karena emosi orang bisa bertindak salah. Setiap orang bisa mempunyai hati yang tulus dan murni sehingga dapat menjadi pribadi yang siap mempertanggungjawabkan iman pada orang yang hidup dalam kejahatan. Terkadang setiap kita tidak menyadari kebahagiaan dalam diri kita, sehingga ada orang yang berusaha untuk meraih kebahagiaan dengan hal-hal yang salah, bahkan pada akhirnya merugikan diri sendiri, orang lain dan atau mengecewakan Tuhan.
Ada yang merasa bahagia jika dapat membahas keburukan orang lain. Ada yang bekerja tanpa mengenal waktu hanya untuk mendapatkan uang demi mencari kebahagiaan, namun pada akhirnya sakit. Akibatnya timbulah kurang komunikasi dengan keluarga dan kemudian mencari kebahagiaan melalui perselingkuhan, korupsi, mencuri dan lain-lain.
Saudara-saudara, Ketika seorang Kristen tetap rajin berbuat yang baik maka ia akan berbahagia. Kebahagiaan dalam dirinya akan muncul meski ada penderitaan-penderitaan, kesusahan-kesusahan yang dihadapi, karena seorang dapat merasa bahagia karena dirinya tahu, ia telah melakukan apa yang benar atau seharusnya dilakukan oleh seseorang.
Perbuatan baik dan benar tidak akan menghadirkan penyesalan, kesedihan atau ketidakbahagiaan. Meski ada tantangan, ancaman yang dihadapi, kebahagiaan ada dalam diri setiap orang. Kebahagiaan yang sesungguhnya hanya dialami oleh setiap orang yang menempatkan Kristus sebagai Tuhan dalam hatinya. Hati nurani yang murni atau bersihlah yang dapat menghadirkan perasaan bahagia meski ada banyak penderitaan dan pergumulan hidup. Dan hati manusia hanya akan menjadi hati nurani yang bersih jika setiap orang menguduskan Kristus dalam hatinya. Terus menaruh rasa hormat pada Yesus, dan hanya Yesus yang menjadi perlindungan kita dalam segenap kehidupan kita.
Saudara-saudara, dengan mengundang Kristus masuk dalam hati sajalah yang akan menolong setiap orang untuk tidak menyangkali Tuhan dalam hidupnya, meski ia harus berhadapan dengan orang-orang yang berbuat jahat pada dunia. Dengan Kristus bertahta dalam hati maka Tuhan akan memberi kemampuan kepada kita untuk menanggung segala hal, bahkan permasalahan dan penderitaan.
Saudara-saudara, Petrus adalah orang yang ego, tapi setelah dipulihkan ia yang pertama berani mati untuk Yesus. Petunjuk Hidup Baru mengingatkan kita untuk bersukacita senantiasa, tetap berbahagia di dalam Yesus Kristus. Karena Yesus dapat memperbaharui hati dan pikiran kita. Hati adalah pusat pengendalian sikap, hati mencerminkan siapa kita sesungguhnya. Hati adalah sumber mata air, kalo sumber kotor, maka kotorlah airnya. Namun bila bersih maka bersihlah airnya. Yesus adalah sumber air kehidupan. Karena itu biarkan hati kita dipulihkan oleh Yesus sehingga menjadi sumber air kehidupan dalam diri kita.  
Nats Pembimbing berkata jagalah hati dengan segalah kehidupan kita, sehingga terpancar kehidupan. Kehidupan kita adalah ekspresi dari hati kita. Kehidupan Petrus telah menunjukkan kepada kita, ia emosi, ia menjadi tidak sabar, ketika ia takut, ia mudah menyangkal, bila ia terancam ia lari. Tetapi Tuhan menguatkan dan memulihkannya untuk memiliki hati yang mengasihi Tuhan. Kehidupannya berubah ketika  Kristus dalam hatinya, sehingga ia menjadi seseorang yang rendah hati. Ini pula lah yang perlu ada dalam diri kita, bagaimana Kristus ada dalam hati kita dengan selalu berbuat baik, sabar, rendah hati. Sehingga pada waktunya, kita dapat menikmati kebahagiaan.
Saudara-saudara, Tuhan tidak pernah menaruh kebahagiaan di tempat tinggi yang sulit di jangkau oleh manusia atau pun di tempat yang rendah sehingga mudah sekali manusia mendapatkannya. Namun Tuhan menaruh kebahagian itu di dalam hati setiap manusia. Masïhkah kita mencari kebahagian itu di tempat lain? Amin.


Editor: Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd