Sabtu, 30 April 2016

Pengujian dan Pencobaan (Ibadah Pemuda GKS Lambanapu oleh Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd)

Pengujian dan Pencobaan
oleh
(Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd)

Bacaan: Yakobus 1: 1-12
     1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
     1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
    1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
1:16 Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!
1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
1:18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.


Saudara-saudara, Tentu nats di atas ini bukan hal yang baru bagi kita baca dan renungankan. Namun penting bagi kita untuk senantiasa merenungkan akan firman Tuhan karena kita manusia memiliki kecenderungan berbalik kepada hal-hal yang dapat membawa kita jauh dari kasih Tuhan. Saat ini kita belajar lagi tentang pencobaan dan pengujian. Sebagai manusia yang masih menjalankan kehidupan di dunia ini tentu kita tidak bisa terlepas dari kedua hal tersebut.
Saudara-saudara, banyak yang sudah mengetahui perbedaan dari kedua kata ini yang secara sepintas sulit kita bedakan. Namun tidak sedikit juga yang masih bingung dengan kedua kata ini, apa lagi jika dikaitkan dengan apa yang dialami dalam kehidupan iman Kekristenan saat ini. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa cobaan yang ia hadapi adalah sebuah ujian, dan ujian yang dihadapi dianggap sebagai cobaan.
Saudara-saudara, saya ingin mengajak kita untuk membangun pemahaman yang sama bahwa kedua makna kata ini sangatlah berbeda. Berdasarkan asal katanya, “Pengujian” berasal dari kata “Uji” dan Pencobaan berasal dari kata “Coba”. Berdasarkan KBBI pengertian “Uji” adalah tindakan untuk mengetahui mutu sesuatu. Kata ini sering juga dibeikan akhira  “-an” sehingga menjadi “Ujian”. Kata “Ujian” sering dipakai untuk mengetes sejauh mana pemahaman siswa di sekolah. Apa yang diuji adalah materi yang sudah pernah di kasih guru kepada siswa. Sedangkan “Coba” adalah kata kerja yang menunjukan untuk melakukan sesuatu untuk mengetahui keadaan, merasai dan lain sebagainya, yang pada dasarnya belum dilakukan sebelumnya. Contohnya adalah, jika seorang yang tidak pernah merokok namun kita mau melakukan tindakan merokok, berarti dalam hal ini kita mencoba. Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa “coba” dipakai untuk sesuatu yang sebenarnya belum kita tahu, dan ada keinginan dari hati kita untuk melakukannya.
Saudara-saudara, mari kita coba perhatikan nats renungan kita pada ayat 1 “Berbahagialah orang yang mengalahkan pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkita kehidupan yang dijanjukan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”.  Tentu kita akan bertanya mengapa ayat yang sama ini memakai dua istilah yang berbeda. Hampir semua ayat dalam Alkitan yang memuat tentang kedua istilah ini memberikan perbedaan yang jelas. Apa maksud penulis kitab Yakobus ini menggunakan istalah yang berbeda dalam satu ayat? Mungkinkah penulis tidak membedakaan makna kedua istilah ini? Ataukah terjemahan yang salah? Terjemahan dalam berbagai bahasa pun tetap menggunakan istilah seperti ini. Seolah-olah prinsip dicobai dan diuji itu sama. Justru tidak, karena ujian itu ujian, pencobaan itu bukan ujian, tetapi satu-satunya pengujian dan pencobaan dipaparkan dalam satu ayat di dalam kitab suci, hanya ayat ini. Mengapakah Yakobus, seolah-olah kurang jelas membedakan pengujian dan pencobaan? Mengapakah Yakobus mempersatukan 2 istilah ini dalam 1 ayat. Mengpakah Yakobus tidak memberikan penjelasan, tidak memisahkan kedua istilah ini dan seperti campur baur, seperti kacau balau. Mengapa dia memakai 2 istilah ini dalam satu ayat. Ada orang yang bilang bahwa kalimat pencobaan ini tidak tepat digunakan di ayat ini, ada juga yang bilang kata pencobaan ini perlu pemahaman yang lebih mendalam. Temtation is not a test or examination. Ujian dan pencobaan itu berbeda.
Ujian dan percobaan itu memiliki 3 perbedaan.
  1. Ujian mempunyai sumber yang berbeda dari pencobaan. Ujian dari Allah dan pencobaan dari setan.
  2. Mempunyai sifat yang berbeda antara ujian dan pencobaan. Ujian bersifat baik, dan pencobaan bersifat jahat
  3. Tujuan yang berbeda antara ujian dan pencobaan. Ujian bertujuan meneguhkan, menyempurnakan dan melengkapi orang- orang pilihan Tuhan. Sebab pencobaan bertujuan merusak, menggoda, membawa kita dalam kejatuhan dalam dosa.

Saudara-saudara, Sehingga dari pengertian tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kedua istilah tersebut secara sumber berlainan, sifat berlainan, dan tujuan berlainan. Tuhan bertujuan baik, dan setan bertujuan tidak baik, atau mencelakakan kita. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan kedua hal tersebut, sehingga ketika kita ada dalam pencobaan kita tidak mencela Tuhan.  Kisah Abraham diuji dan Kisah Ayub dicobai. Adalah contoh bagaimana Alkitab memberikan perbedaan yang sangat jelas.
Saudara-saudara, dalam Alkitab mengisahkan bahwa iman Abraham diuji. Hal ini dikarenakan bahwa  apa yang dialami oleh Abraham, dimana dia harus mengurbankan anaknya untuk dipersembahan kepada Allah, adalah atas perintah Allah sendiri. Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ujian itu datang dari Allah. Sebaliknya apa yang dialami oleh Ayub adalah datangnya dari iblis dan atas ijin Allah sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa Allah bekerja sama dengan setan untuk mencobai Ayub. Atau Allah dalam khasus ini telah memperalat setan. Allah tidak perlu memperalat Setan untuk menguji manusia, tapi yang benar adalah bahwa Allah membiarkan setan untuk mencobai manusia supaya ketika manusia mengalami pencobaan, di sanalah Allah menunjukkan kuasaNya yang dapat mengalahkan setan, karena manusia pasti dimampukan oleh Allah untuk mengalahkan pencobaan. Artinya Allah mau tunjukan atau menyatakan kemenanganNya mengalahkan setan.
Saudara-saudara, inilah sebabnya mengapa penulis kita Yakobus memparalelkan kedua istilah yang berbeda seolah-olah maknanya sama. Dari kisanya Ayub kita belajar bahwa Allah mengijinkan segala pencobaan datang kepada kita, karena lewat pencobaan secara tidak langsung Allah telah menguji kita. Karena jikalau kita menang dalam pencobaan maka dengan sendirinya kita telah tahan uji, dan ketika kita tahan uji, kita akan menerima mahkota kehidupan dari Allah.
Allah tidak pernah ada niat yang tidak baik untuk orang yang mengasihiNya. Trus mengapa jika kalau Allah tidak berniat atau bermotivasi yang jelek. Tapi mengapa Allah membiarkan sehingga kita manusia mengalami itu semua, mengalami kesedihan, air mata, kesulitan yang besar, pengeluhan kita tidak habis-habis, terus kecewa, putus asa, mengapa Tuhan membiarkan kita dalam kesulitan seperti ini?
Saudara-saudara, Manusia memang dicipta dalam sebuah proses waktu, manusia dicipta dengan harus melewati deti-detik, jam-jam, untuk membentuk hidup kita. Original Perfection created perfect perfetion through exam. Pada waktu Adam dicipta sempurna, Padwa waktu Yesus dilahirkan ke dalam dunia sempurna sebagai seorang manusia yang paling sempurna. Tetapi Adam akhirnya gagal, sempurnanya hilang. Yesus sudah sempurna, dicobai dia menang. Dia menang menuju kepada kesempurnaan yang lebih sempurna. Inilah yang dimaksud dengan kesempurnaan yang terjadi setelah proses. Itu sebabnya Tuhan Yesus pun sebagai Anak tidak luput dari pencobaan untuk menuju kesempurnaan yang lebih sempurna, tidak luput dari Ujian Allah. Karena ini adalah sesuatu No Exception. The absolutely necessety to be tempted. Biarpun Yesus adalah Anak Allah Yang Maha Tinggi, tetapi Dia harus menghadapi pencobaan dan pengujian.
Saudara-saudara, banyak anak orang kaya gagal karena dikira anak yang istimewa. Kegagalan mereka dikarenakan karena mereka tidak mau hidup susah, tidak mau menghadapi cobaan dan ujian dalam hidup. Mau lulus di bidang apa saja selalu mencari jalan pintas. Oleh karena itu, kita menjadi pemuda atau anak harus berjuang sendiri.  
Saudara-saudara, pada akhirnya nanti hanya dua hal yang akan terjadi dalam hidup kita yakni kita mengalahkan setan atau kita dikalahkan setan. Ingat bahwa segala pencobaan tidak datang dari Allah, melainkan datangnya dari setan dan keinginan kita sendiri. Sehingga tidak ada alasan kita mempersalahkan Allah ketika kita jatuh dalam pencobaan. Kita berada dalam sebuah pilihan, tinggal bagaimana kita sekarang mau memilih hidup yang kekal atau kematian yang kekal.
Saudara-saudara, jika kita menghendaki kehidupan yang kekal, maka kita harus bisa mengalahkan setan dan pencobaannya. Mengalahkan setan tidaklah mudah, dia banyak akal dan tipu dayanya. Sehingga tidak ada cara lain selain kita berpihak kepada Allah. Karena atas kuasa dan ijin Allah lah kita bisa menghadapi semuanya itu, asalkan kita mau mengandalkan Tuhan dalam segala hal.
Saudara-saudara, kita pun harus bersyukur ketika pencobaan dan ujian itu datang dalam hidup kita. Karena melalui itulah Allah dapat mengetahui mutu iman kita kepadaNya. Kita pun tidak bisa mengalahkan pencobaan atau tahan dalam ujian dengan mengandalkan kepandaian kita saja, karena tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang bisa menolong manusia berdosa lainnya. 


Jumat, 29 April 2016

Pikulah Salib Mu (Bear Your Cross) oleh Pnt. Enos K. Nggongu, S.Pd

PIKUL SALIB untuk Ibadah Pemuda GKS Lambanapu (oleh Pnt. Enos K. Ndaha Nggongu, S.Pd)




PIKUL SALIB
oleh 
(Pnt. Enos K. Ndaha Nggongu, S.Pd)


Nats 
Matius 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Lukas 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.

Lukas 14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.



1.       Pengertian Menyangkal Diri
Menyangkal artinya apa?
A.      Menyangkal = tidak
Menyangkal artinya menyatakan tidak (Say no). Anda yang ambil ya? Tidak. Itu contoh menyangkal. Jadi menyangkal diri artinya menyatakan tidak pada diri sendiri. Jadi contoh kalo ada yang tanya Ini Pa Enos atau Ka Enos ya? Saya jawab Tidak / Judika.
Menyangkal diri artinya menyatakan tidak pada keinginan sendiri, karakter sendiri, kemauan sendiri, melawan kemauan, keinginan, dan nafsu-nafsu, dorongan-dorongan yang ada dalam diri sendiri.
Menyangkal diri memiliki arti berkata tidak untuk “perbuatan tertentu” yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.
B.      Menyangkal = Lupa
Alkitab Terjemahan New English Version menggunakan kata “Forget” untuk kata menyangkal. “Forget” itu sendiri memiliki arti “lupa/melupakan”, sehingga Menyangkal diri bisa berarti kita lupa dengan diri kita. Maksudnya kita lupa akan kehidupan kita yang lama, yang penuh dengan dosa dan kita menepaki kehidupan yang baru yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus lewa pengorbanNya di kayu salib. Melalui pengorbanan Tuhan Yesus, kita dituntut untuk melupakan segala dosa kita, melupakan semua kesenangan kita, karena Allah sendiri tidak mengingat-ingat lagi pelanggaran kita. Melupakan di sini juga bisa berarti kita tidak mau mengulang lagi setiap kesalahan dan pelanggaran kita di hadapan Allah.

2.       Memikul Salib
  1. Memikul Salib = Fokus
Apa bedanya mengikut sambil memikul dan mengikut sambil tidak memikul? Ngikut sambil pikul, ngikut seseorang sambil pikul, dan ngikut sambil tidak pikul. Jangan bilang ngikut sambil pikul berat dan ngikut sambil tidak pikul itu ringan, saya tau itu. Saya mau pake ilustrasi untuk menjawabnya. Seringkali di mol-mol atau di tempat keramaian. Sering diumumkan kaya gini, “telah ditemukan seorang anak dengan ciri-cirinya. Yang merasa kehilangan anak silahkan menghubungi ruang informasi atau keamanan. Kalo ada kejadian seperti ini, coba kita berfikir, biasanya anak-anak itu kan datang bersama ibunya. Anak itu pasti mengikuti mamanya atau ibunya. Tapi kenapa dia bisa terpisah, karena dia ikut mamanya tapi tidak memikul apa2, dia tidak punya beban, dia ikut mamanya tapi ringan. dan sementara itu ada banyak godaan kan? Dia ikut mamanya, tapi mata di tempat lain, mulai lihat mobil-mobilan bagus, robot-robotan bagus. Jadi dia tergoda terhadap hal-hal lain yang ada di sekitarnya. Sementara itu mamanya juga lihat yang lain seperti mutiara bagus, kalung bagus dan lain sebagainya. Dan tanpa sadar mereka dipisahkan oleh arus manusia yang banyak. Mengikut Yesus tanpa memikul beban yang berat, buat kita mudah tergoda, membuat kita tidak fokus.
Sebaliknya, bayangkan jika ibu itu membeli beras 1 karung dan dibantu oleh penjaga toko untuk memikul beras itu dan mengikuti ibu itu sampai ke kendaraan ibu itu. Pertanyaannya, mungkinkah tukang pikul beras itu masih sempat mata ili ala melihat kiri-kanan selain memandang kemana arah ibu itu yang berjalan di depannya? Bukankah dia akan fokus mengikuti ibu itu dan dalam hatinya harus cepat sampai di tempat di mana dia harus meletakkan beras itu? Apa arti ilustrasi ini? Mengikuti Yesus, menjadi murid Yesus, punya tanggung jawab yang harus kita pikul.
Memikul salib artinya Punya konsekuensi yang harus kita pikul, punya tanggung jawab yang harus kita pikul. Ketika kita pikul beban itu, ketika kita pikul tanggung jawab itu, ketika kita pikul konsekuensi itu, kita akan menjadi orang yang fokus. Saya percaya ketika kita menjadi orang kristen kita tulus tetapi kita tidak mau memikul resiko itu maka kita menjadi gagal di tengah jalan ketika ada tawaran-tawaran duniawi dan beralih. Jadi ada tanggungjawab, konsekuensi, dan beban yang harus dipikul, itulah yang disebut salib. Salib siapa yang harus kita pikul. Coba lihat di ayatnya disitu berkata salibnya (sendiri). Berarti salib kita, bukan salib Yesus, Kita tidak perlu lagi memikul salib Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus sudah selesai memikul salibnya. Tetapi ketika kita mengikuti Dia, Dia meletakkan salib di atas pundak kita.

  1. Memikul Salib = Penderitaan
Masing-masing kita memiliki salib dalam hidup. Dan salib itu wujudnya beda-beda dalam hidup kita masing-masing. Salib saya dan salib anda beda, wujudnya beda. Tapi hakekatnya sama. Tau gak hakekat salib itu? Hakekat salib adalah Penderitaan. Jadi salib selalu bermakna penderitaan. Tetapi tidak setiap penderitaan adalah salib. Jangan karna anda pencuri kemudian babak belur dipukul orang kemudian beranggapan itu adalah salib anda. Atau korupsi, narkoba masuk penjara kemudian beranggapan itu salib kita. Tetapi Tidak. Sedangkan Hakekat salib adalah penderitaan yang dimaksud adalah penderitaan karena Taat kepada Kristus. Karena taat kepada Kristus kita menderita maka itu salib.
-          Biar saya tipu orang tua untuk uang foto kopi pelajaran yang penting saya bisa isi pulsa. Itu bukan salib.
-          Tapi kalo berfikir biar saya tidak punya pulsa tapi tidak tipu orang tua itu baru salib.
-          Atau ada sakit, baru ke dokter tidak sembuh-sembuh, tapi orang lain bilang di situ ada dukun atau di sini ada dukun.
-          Tapi salib artinya apa? Biar saya tidak sembuh saya tidak ke dukun.
-          Kalo kamu punya pacar baru tidak seiman lebih baik putuskan. itu baru salib. Yang penting tidak menyangkal Yesus.
Jadi salib itu penderitaan karena Taat.
-          Siswa kristen harus berfikir biar saya tidak lulus ujian yang penting saya tidak nyontek. Saya adalah guru bahasa inggris di SMA Nggoa. Waktu saya mengajar siswa saya tidak perhatikan, padahal menurut saya, saya sudah mengajar dengan metode yang menarik. Tapi mereka tidak perhatikan, sementara saya ngajar. ngobrol sana, ngobrol sini. tapi begitu ujian leher kayang angsa. Leher ditarik panjang-panjang mulai nyontek.
-          Jadi salib artinya sekalipun orang tidak benar tapi saya tetap mau taat walaupun itu sakit tapi itu adalah salib.
-          kita orang kristen di indonesia, kita punya salib sendiri. bersyukur kita ini punya tempat ibadah yang bagus dan bebas beribadah, tetapi saudara-saudara kita di Jawa tidak. tapi justru iman mereka lebih kuat. Itu adalah resiko bagi kita karena berada di negara yang mayoritas islam. tapi itu adalah salib bagi kita. tapi kita percaya pasti ada maksud Tuhan bagi kita. Biarkita minoritas atau jumlah sedikit dibandingkan dengan agama lain di Indonesia tapi Tuhan menghendaki iman yang berkualitas dan bukan sesuai kuantitas atau jumlah.
-          Banyak orang kristen bernyanyi dan memuji Tuhan namun tidak mau memikul salib. Atau berkotbah, rajin beribadah, bahkan hampir setiap hari pimpin ibadah tapi tidak mau memikul salib. Mari kita jujur dengan diri kita dengan sesama kita dan terutama dengan Tuhan. Tapi itulah realitas kekristenan kita. kita hanya mau melakukan apa yang gampang bagi kita. kita mau dimanja trus. Tuhan yang menghukum manusia karena dosa namun Tuhan pulah yang menyediakan pengampunan bagi kita secara Cuma-Cuma. tapi itu pun kita tidak mengindahkannya.
-          Mari kita jujur apakah kita memikul salib kita. dan sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Ataukah kita melayani Tuhan atau memikul salib supaya kita dapat pujian dari orang lain atau supaya orang lain menganggap kita hebat bisa bawakan renungan, bisa doa, bisa berperan dalam drama penyaliban nanti. Salib itu mengandung penderitaan. tapi tidak semua penderitaan itu salib. karena hanya penderitaan oleh karena taat dan melakukan yang benar di mata Tuhan itu barulah disebut salib.

3.       Mengikuti Tuhan
  1. Mengikuti Tuhan = Menjadi Murid
Jika kita melihat seluruh nats dalam Injil Matius maka ada syarat yang cukup berat buat kita menjadi pengikut Tuhan/Murid Tuhan. 
Tinggalkan pekerjaannya
Tinggalkan orang tua
Tinggalkan sanak saudara
Tinggalkan rumah
Tinggalkan hartakekayaan
Tinggalkan kawan-kawan
Tinggalkan pacar
Tinggalkan kampung halaman
Tinggalkan segala-galanya
Seorang pengikut Yesus harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Jadi, beranikah kita mengambil konsekwensi ini? Meninggalkan apa yang kita suka dan senangi. Orang yang suka berbohong dan lain sebagainya. Kemudian arahkan kehidupannya menjadi seorang yang patuh pada perintah Tuhan, rajin ke gereja, baca Alkitab setiap hari, berdoa dan melakukan firman Tuhan.
Billy Graham mengatakan :"Keselamatan itu gratis, tetapi untuk menjadi murid ada harga yang dituntut , yakni segala sesuatu yang anda miliki"

  1. Mati Selagi Hidup
Mau hidup lebih baik?
Matilah selagi Hidup! Pasti kening anda berkerut memikirkan kalimat yang tak lazim ini bukan? Matilah selagi hidup, bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Kita ingin hidup, selagi hidup, menikmati hidup seberapa yang kita bisa. kita berusaha memanfaatkan hidup untuk kepuasan sekalipun melanggar kebenaran. Mati selagi hidup, bukankah itu sebagai suatu pembodohan? jangan buru-buru menilai berdasarkan keinginan nafsu. Mari kita bepikir dengan jernih dan coballah  lihat Mati selagi hidup merupakan pemikiran yang sangat menarik. Maksudnya adalah Anda harus mematikan, membunuh apa yang membuat anda tidak hidup didalam hidup itu.  Apa yang membuat seseorang tidak hidup dalam hidup? Ya Kejahatan, kemunafikan, keberdosaan, penipuan, dan beranekaragam perbuatan- perbuatan tidak benar. Itu sudah membuat orang tidak mampu hidup, dan bahkan ia sudah kehilangan kehidupan. Mati selagi hidup bukanlah orang yang kehilangan kehidupan, Justru mendapatkan kehidupan di dalam kematian terhadap rasa yang tidak pada tempatnya, kematian terhadap dosa, kematian kepada ketidak benaran, itu yang harus dibangunnya. Mati selagi hidup alangkah indahnya karena mati selagi hidup membawa tiap orang berjalan dalam kehidupan, menggapai hal-hal yang tinggi sehingga hidupnya menjadi sangat berarti. Mati selagi hidup membuat hidup menjadi sangat hidup, mati selagi hidup membuat hidup menjadi sangat berarti, mati selagi hidup membuat hidup menjadi sangat bernilai. Tidakkah kita mau hidup menjadi lebih baik? Karena itu Matilah selagi Hidup. Bukan mati yang membunuh diri. Mati selagi hidup artinya kita mati dalam keinginan yang salah dan hidup dalam keinginan yang benar. sehingga kita Mati dalam Kesalahan dan Hidup Dalam Kebenaran.

Rabu, 27 April 2016

Persekutuan Manusia dengan Allah dan Sesama (GKS Jemaat Lambanapu oleh Pnt. Enos K. Nd. Nggongu, S.Pd)

Persekutuan Manusia dengan Allah dan Sesama
(Pnt. Enos K. Nd. Nggongu, S.Pd)


                                                                   
Bacaan 1 Yohanes 1:1-10
1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
1:4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
1:5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
1:6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.



Saudara- Saudara yang terkasih, Kitab 1 Yohanes merupakan kitab/surat yang dituliskan oleh Yohanes sendiri yang adalah murid yang dikasihi Tuhan Yesus. Ia menulis surat ini bersamaan dengan ia menulis kitab Wahyu manakala ia berada di pulau Potmos di tempat pengasingan, karena dia dikejar- kejar oleh orang- orang yang membunuh seluruh pengikut Yesus pada waktu itu. Dan murid yang tersisa hanyalah tinggal dia.
Saudara- Saudara, namun dalam keadaannya inilah Tuhan menunjukkan sebuah penglihatan yang sangat luar biasa hebatnya sebagai Wahyu Allah kepadanya dan kepada seluruh orang percaya. yang sekarang kita kenal sebagai kitab yang terakhir yakni Kitab Wahyu. Kitab ini sangat mengeri kalau kita baca, sehingga banyak orang takut membacanya. Namun saudara- Saudara, Yohanes tidak bertujuan untuk menakut-nakuti orang percaya atau orang yang tidak percaya. Tetapi sebaliknya dia mau menunjukkan kepada kita agar kita selalu siap sedia dalam menghadapi hari-hari Tuhan yang semakin mendekat dalam hidup kita. Dan juga agar kita dapat menghargai hidup yang Tuhan masih berikan kepada kita, terutama menghargai pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita manusia, yang sebentar lagi kita akan peringati sebagai Jumad Agung dan Paskah.
Saudara- Saudara, Demikian pula dalam suratnya yang pertama ini, pada Ayat 1-4  Merupakan kesaksian yang diberitakan Yohanes. Ia mau menyatakan kepada kita akan apa yang telah dia lihat, dia rasakan sendiri, dia alami, dan dia saksikan. Dia mau membagi kepada kita, akan suatu sukacita yang besar supaya bukan hanya orang-orang saat itu saja yang mengalaminya atau dirinya sendiri, namun kita juga saat ini, karena sukacita keselamatan ditujukan bagi semua orang yang mau mengikuti Tuhan Yesus.
Saudara- Saudara, apa yang dikehendaki oleh Rasul Yohanes adalah agar supaya kita juga bisa berada dalam persekutuan dengannya dan dengan orang- orang percaya saat itu, serta dapat bersekutu dengan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus.
Saudara- Saudara, mengapa Rasul Yohanes mau agar kita bisa memiliki persekutuan dengannya dan dengan orang- orang percaya serta dengan Tuhan?, dan apa sebenarnya persekutuan itu?
Saudara- Saudara, kata persekutuan jika kita artikan, berasal dari kata sekutu, yang berarti, rekanan atau kawan, atau kongsi. Sedangkan bila kita melihatnya dalam bentuk kata persekutuan maka  pengertiannya adalah, persatuan atau ikatan, dan yang dimaksud dengan ikatan adalah ikatan orang-orang yang sama kepentingannya, begitu juga dengan persatuan.
Kita sering mendengar kalimat persekutuan dengan Tuhan, itu berarti persatuan atau ikatan dengan Tuhan, dan bagi setiap orang percaya ikatan dengan Tuhan merupakan ikatan orang-orang yang sama kepentinganNya, jadi kalau ada orang percaya yang tidak mau terikat dengan Tuhan itu berarti ia merasa tidak memiliki kepentingan yang sama dengan Tuhan atau ia sudah terikat dengan kepentingan lain diluar dari pada Tuhan yang sama dengan keinginannya.
Memiliki persekutuan dengan Tuhan berarti harus memiliki dasar pemikiran yang sama dengan Tuhan atau kepentingan yang sama dengan Tuhan. Bila ternyata selama ini kita hanya hidup sebagai orang percaya tetapi tidak memiliki kepentingan yang sama dengan Tuhan, itu artinya ia tidak dapat dikatakan sebagai sekutu Tuhan atau orang percaya.
Saudara- Saudara, Dalam realitas kehidupan manusia sesungguhnya ada dua kekuatan yang berbeda, atau dua sekutu yang berbeda yang sering menjadi tumpuan atau sandaran untuk setiap manusia menjalankan hidupnya. Kedua kekuatan itu adalah: 1) Kekuatan Allah yang yang maha tinggi yang telah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, termasuk didalamnya menciptakan manusia sebagai ciptaan yang mulia, dan 2) Kekuatan Iblis dan sekarang bekuasa atas bumi ini, namun sesungguhnya kekuatan ini hanya sedang menunggu waktu untuk masuk kedalam penghakiman dan kemudian akan dibuang lagi kedalam api neraka kekal yang telah disiapkan oleh Allah untuk iblis dan yang bersekutu dengannya.
Saudara- Saudara, Dari penjelasan dua kekuatan tersebut, kita manusia berada di tengah-tengah untuk kita memilih kekuatan mana yang kita mau pilih, atau sekutu mana yang kita mau pilih. setiap orang percaya seharusnya sudah bisa mengetahui dan menyadari bahwa kekuatan sekutu mana yang lebih berkuasa, yaitu kekuatan Allah yang berhak atas segala yang hidup. Tetapi pertanyaannya kenapa sampai saat ini ada begitu banyak orang percaya yang mau menyerahkan hidupnya pada kekuatan sekutu iblis atau mau membangun persekutuan dengan iblis . . ?.
Jawabannya sederha yaitu karena apa yang iblis tawarkan saat ini adalah sesuatu yang nyata yang bisa langsung dinikmati oleh setiap manusia, dan itulah yang membuat banyak orang percaya tergoda untuk menikmati hidup yang ditawarkan iblis. Sedangkan bila orang percaya memilih untuk bersekutu dengan Tuhan atau berada di pihak Tuhan, maka setiap orang percaya harus berjuang untuk hidup sesuai aturan Tuhan atau perintah-perintah Allah serta melakukan apa yang Tuhan kehendaki.
Saudara- Saudara, Bagaimana mengenal ciri-ciri bahwa seseorang berada di sekutu iblis atau sekutu Tuhan? Ciri-cirinya sangat jelas, yaitu bila seseorang masih lebih tertarik untuk menikmati dunia ini dengan segala kesenangannya yang membuat ia terikat dengan dunia, itu berarti ia berada di sekutu iblis.
Saudara- Saudara, Dan ciri dari orang yang menjadi sekutu Tuhan adalah, ia sama sekali tidak melihat keadaan dirinya dan tidak mementingkan kepentingan dirinya saat ini, tetapi ia akan selalu melihat kepentingan Tuhan dan mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya walaupun untuk sementara waktu ia harus hidup dalam penderitaan sekalipun.
Sekarang setiap orang percaya ada pada dua pilihan yaitu: Memilih kenikmatan dunia saat ini, dengan hidup didalam dosa dan menikmati seluruh tawaran dunia dan melupakan persekutuan dengan Tuhan, artinya bergabung dengan sekutu iblis.
Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa. 
Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah:  "Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7b).  Mengapa?  Karena  "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita.  Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin. DAN Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata.  Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita atau ibadah kita.
Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa.  Orang yang demikian adalah pendusta.  "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran."  (1 Yohanes 1:6).
Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, tentu kita harus memiliki pengenalan akan siapa itu Allah kita dan bagaimana kita harus hidup di dalam Dia. Hal itu membawa kita memahami bagaimana kita harus hidup sesuai kehendak Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan tentu kita harus hidup di dalam terang dan menjauh dari pebuatan-pebuatan gelap. Karena terang itu membawa kita kepada hidup sedangkan kegelapan membawa kita kedalam maut.
Saudara- Saudara, Ayat 5-10  menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah terang/kebenaran dunia. Pada ayat 5-10, rasul Yohanes menjelaskan akan pemberitaan yang ia saksikan dari ayat 1-4. Bagian ini menjelaskan kesaksian yang menyatakan bahwa Allah adalah terang. Karena Allah adalah terang maka di dalam Dia tidak akan pernah ada kegelapan. Terang itu tidak mungkin bersatu dengan kegelapan. Dan kegelapan tidak mungkin ada di dalam terang. Dan didalam terang Allah manusia mendapatkan hidup. Terang Allah itu akan menerangi jalan manusia untuk tidak hidup dalam kegelapan. Dengan demikian:
1)      Setiap orang yang hidup di dalam persekutuan dengan Allah, maka ia juga harus hidup dalam terang. Kehidupannya tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan gelap (perbuatan-perbuatan dosa). Jika ada yang menyatakan dirinya hidup bersekutu dengan Tuhan tetapi melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan maka ia adalah pendusta.
2)      setiap orang yang mengaku tidak berdosa maka ia menipu dirinya sendiri dan menjadikan Allah sebagai pendusta
3)      Setiap orang yang mengaku dosanya maka ia akan diampuni.
Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus tentunya kita harus hidup di dalam terang. Kita harus mengakui keberdosaan kita, sehingga kita mendapatkan pengampunan dari Allah, yang menjadikan kita lahir baru. Dan setiap orang yang mendapatkan pengampunan Allah akan hidup bersekutu dengan orang-orang yang percaya kepadaNya. Melalui Terang Allah (Yesus) inilah kita semua dipersatukan.
Sangat penting bagi kita melihat kembali bagaimana hubungan kita dengan sesama kita dan hubungan kita dengan Allah selama ini.
Diujung dari kehidupan ini, semua manusia akan diperhadapkan pada kematian, dan orang yang menjadi sekutu iblis berarti menjadi serupa dengan iblis sampai mati dan dibuang kedalam api kekal, Tetapi menjadi sekutu Tuhan berarti juga menjadi serupa dengan Tuhan dalam kematian Tuhan dan akan masuk kedalam kemuliaan.
Saudara- Saudara, ingatlah akan pesan Tuhan, bahwa kita dikatakan sebagai orang Kristen atau orang percaya, maka persekutuan adalah hal yang mutlak, karena tanpa persekutuan tanpa ibadah, tanpa kebaktian bersama dengan orang percaa lainnya kita ibarat seorang pelajar yang tidak mau pergi ke sekolah, atau seorang anak tanpa keluarga, atau seorang prajurit tanpa pasukan. kita akan merasa asing di dunia ini, di lingkungan kita, kita merasa hidup sendiri, padahal ada sesama kita dan ada Tuhan yang senantiasa bersama kita.
Ingat JUGA pesan ini: Memilih bersekutu dengan iblis berarti binasa. Memilih bersekutu dengan Tuhan berarti hidup kekal. Waktu Tuhan sudah tidak lama lagi, oleh sebab itu Firman Tuhan ingatakan kita semua didalam, 1 Korintus 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. Amin.